Belum Berujung
Belum Berujung
Wulandari Mega-
Diujung tahun 2020, tidak ada tanda-tanda
pandemi ini akan berakhir, bahkan peta yang awalnya hijau menjadi merah. Bagaimana
dengan dunia pendidikan yang tidak ada cahaya terang? Secara tidak sadar, guru
dan sekolah memang tidak akan pernah dapat digantikan dengan teknologi manapun.
Kita berbicara tentang pendidikan dasar, menengah, dan atas ya. Satu dua hari
mungkin siswa akan senang belajar tanpa guru, tapi setelah itu? Tentu banyak
sekali gerutuan dari siswa, dan juga orang tua tentunya. Bahkan Ketika setiap gurupun
membuat sebuah video dirinya yang mengajar, tidak akan banyak yang berubah
tanpa adanya guru nyata yang mengajar didepannya. Secerdas apapun anak itu,
akan sangat bosan jika harus terus terpaut dengan sebuah layar. Namun, beberapa
keunggulan anak yang lahir di era millinial adalah mereka didesain memiliki
kekuatan menatap layar lebih lama dibanding dengan generasi baby boomers.
Generasi baby boomers-lah yang masih banyak mendominasi guru saat ini,
dimana mereka terlahir sebaliknya, tidak tahan dengan bertatap dengan layar gadget
mapun laptop.
Akhir tahun 2020, siswa akan
menerima sebuah rapor perjalanan belajarnya selama masa darurat. Banyak sekali
rapor di sekolah yang harus ditahan tidak dikirim karena beberapa siswa spesial
ini masih memiliki hutang tugas yang belum dibayarkan. Beberapa guru
enggan memberinya nilai karena tidak satupun tugasnya selesai. Apakah karena
anak tersebut bodoh? Tidak! Bagaimana mengumpulkan tugas? Untuk dapat mengakses
chat grup whatsapp saja harus menunggu orang tua pulang bekerja sebagai ojek
online untuk bergantian menggunakan hp. Oh disini kita sedang membahas
keterbatasan siswa yang dicap pemalas padahal tidak semua. Karena mereka
terlalu lama menunggu, terlalu banyak tugas yang perlu dibayarkan, tapi
nyatanya tidak satupun dapat dikerjakan karena terlalu banyak! Tidak hanya itu,
beberapa anak juga tekadang mengirim pesan atas ketidak berdayaannya untuk
sekedar membeli paket data.
That’s the reality! Bagaimana tidak, kondisi pandemi saat ini banyak sekali orang tua siswa yang harus melilit perut untuk sekedar membeli paket data anaknya. PHK, Upah setengah, dan kondisi buruk lainnya di tempat kerja banyak sekali yang menghambat mereka untuk sekedar memfasilitasi anaknya belajar. Berapa banyak siswa yang demikian? tidak bisa dibilang banyak, namun juga bukan berarti sedikit. Hei, itu baru satu masalah. Permasalahan ini selalu menjadi fokus pemerintah dengan kuota gratisnya. Tapi itu hanya bertahan satu bulan, setelah itu? Hmm. menunggu yang tidak akan kunjung usai. Tidak ada internet = Tidak belajar. ]
Komentar
Posting Komentar